hidup di sebuah peternakan yang terdiri dari domba yang beraneka macam harusnya bikin gak bosan.
sekarang ketemu domba hitam, nanti yg coklat, tahu-tahu ketemu timmy atau shaun.
tapi di peternakan yg subur ini, domba-domba tersebut berkelompok, sesuai warna bulu mereka.
kalau seperti ini, bagaimana bisa hidup enak?
domba putih, merasa mereka paling agung dengan bulu mereka yang putih bersih.
mereka menjadi mayoritas populasi domba di peternakan ini.
gerombolan mereka dipimpin oleh seekor domba gendut yg rakus.
selain dari itu, domba gendut pemimpin itu diikuti oleh beberapa penasihat kelompok yang, yah sebagian dari mereka, juga memiliki sifat yang sama dengan domba gendut itu.
hanya sebagian kecil penasihat itu yang memang putih bersih seperti bulunya.
karena jumlahnya yang banyak, peternakan ini dipimpin oleh domba putih.
selain geromobolan domba putih, ada juga domba abu-abu yang sebenarnya memiliki rumpun filial yang sama dengan gerombolan domba putih, namun akhirnya mereka berkelompok sendiri. proletar.
domba lainnya ada gerombolan domba coklat yang cinta damai dan domba hitam yang tak memihak.
aku sendiri? aku adalah anggota gerombolan domba putih, pemimpin peternakan ini.
namun keadaan dipeternakan ini tidak semenyenangkan yang bisa dibayangkan ternak di tempat lainnya.
carut marut. semua berkelompok sesuai warna bulu mereka.
sedangkan aku domba kecil yang hanya mengikuti arus, apatis, namun sering menggugat tanpa aksi.
apalah arti seekor domba kecil, pikirku.
aku sendiri tidak meminta untuk dilahirkan sebagai domba putih. jika bisa memilih, aku akan memilih untuk bergabung ke gerombolan lain, atau meminta majikanku untuk mengecat warna buluku menjadi warna lain.
keadaan di gerombolan domba putih membuatku merasa tidak bangga, tidak nyaman, tidak memiliki "sense of belonging". semua anggota gerombolanku tak kompak.
meski dalam gerombolan berwarna putih, mereka masih mengkotak-kotakkan diri. ada yang keriting, ada yang sedikit lurus, ada yang bersih namun ada yang kotor karena kebiasaan tiduran di tanah dan lumpur.
dan tak sedikit selentingan rivalitas antara masing-masing geng domba putih ini.
apalagi melihat pemimpin gendut dan penasihatnya yang rakus itu.
bijak? jangan tanya..semua memperebutkan jerami yang diberikan majikan kami.
dibalik semua carut marut peternakan ini, ada beberapa ekor domba putih yang mencoba memperbaiki keadaan. mereka sering berdiskusi dengan domba muda agar peternakan ini lebih menyenangkan untuk ditinggali. kadang aku lebih percaya pada mereka daripada kepada domba gendut dan antek-anteknya itu.
namun dari domba putih bijak itu, tak semua bertujuan baik.
mereka seperti mencari popularitas agar pundi-pundi jerami mereka bertambah.
mereka merangkul domba lain seperti abu dan coklat untuk bergabung, namun yang terlihat bahwa mereka sama saja dengan domba gendut pemimpin kami.
kadang aku mewarnai buluku dengan lumpur agar aku bisa bergabung dengan domba coklat atau mewarnainya dengan abu sisa kayu bakar majikanku agar aku bisa bergaul dengan domba abu-abu.
namun aku tak bisa selamanya bersama mereka. warna asli masalahnya.
kadang ingin mengecat secara permanen bulu ini, atau mungkin pergi dari peternakan ini.
aku sering berharap dibeli oleh peternak lain untuk dibawa ke tempat baru dan berharap kehidupan disana lebih menyenangkan, banyak jerami dan air untuk bermain.
tapi cerita dari teman baruku mengenai peternakan lain ternyata tak semenyenangkan yang ku kira.
No comments:
Post a Comment